PC Pagar Nusa Cabang Tebo Gelar Pasukan & Latihan Gabungan Pagar Nusa Sesuai Intruksi Pusat.

Kab Tebo221 views

Globalberita.id Tebo – Amanat Ketua Umum Pimpinan Pusat PAGAR NUSA ,PC Pagar Nusa Tebo Gelar Pasukan dan Latihan Gabungan Pagar Nusa
Dalam Rangka Hari Santri 2025 – Siaga Bela Kiai, Jaga Pesantren, Bela Negeri ,di Pondok Pesantren Modern Cendekia Qur’ani Jl. Sawahtigo RT. 05 RW. 02 Sumber Sari, Kel. Tebing Tinggi, Kec. Tebo Tengah, kabupaten Tebo.ahad 19 /10/2025.

Di Pimpin Langsung Pembina Pagar Nusa Cabang Tebo Ky. Husni Mubarok S. HI. MH.Pengasuh Pondok Pesantren Modern cendikia Qurani Tebo, Di hadiri Sekertaris PCNU Tebo Gus Sukron dan jajaran,Anggota kehormatan Gus Muhubin ,Pegurus Cabang, Jajaran Pelatih Cabang Tebo Serta Anggota.

Gus Husni Sebagai Pimpinan Apel,Dalam Apel Gelar Pasukan dan doa bersama ini Sesuai Surat intruksi Nomor surat: 712/PP-IV/A-1/A-I/X/2025 Perihal Instruksi Gelar Pasukan & Latihan Gabungan Pagar Nusa dan Pembacaan Amanat Ketua Umum PP Pagar Nusa Gus Nabiel Menyampaikan Para kiai, para masyayikh, para pendekar Pagar Nusa, dan seluruh santri yang dimuliakan Allah SWT. Salah satu intisari dari dawuh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim adalah:

“Keberkahan ilmu hanya akan turun kepada murid yang memuliakan gurunya dan menjaga
kehormatan para gurunya.”

BACA JUGA :  Kapolres Tebo Pimpin Serah Terima Jabatan Kasat Reskrim dan Kasiwas Polres Tebo

Pesan ini bukan sekadar dawuh, tetapi fondasi keberadaan kita sebagai santri: tanpa ta’dzim kepada kiai, hilanglah keberkahan ilmu; tanpa penjagaan terhadap pesantren, runtuhlah benteng peradaban bangsa.jelasnya.

Saat ini, ada narasi yang berkembang di ruang publik yang menyesatkan, menuduh pesantren
sebagai penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran umat. Narasi ini tidak hanya keliru
secara fakta, tetapi juga mengingkari sejarah. Pesantren justru menjadi pusat lahirnya ulama, pejuang kemerdekaan, pendidik bangsa, dan penjaga akhlak umat. Jika hari ini Islam dikenal sebagai rahmat bagi bangsa Indonesia dan diterima sebagai kekuatan peradaban yang damai dan moderat, maka pesantren adalah pilar utamanya.

Apakah kita marah? Ya, kita marah! Tetapi kemarahan kita bukan dendam. Ini adalah
kemarahan santri: kemarahan yang lahir dari cinta kepada kiai, dikendalikan oleh adab, dan
diarahkan oleh komando. Marah kita bukan untuk merusak, tetapi untuk menjaga. Bukan untuk
menebar kebencian, tetapi untuk mempertahankan kehormatan agama.

Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk meneguhkan amarah, tetapi untuk meneguhkan martabat. Kita hadir bukan untuk menciptakan kegaduhan, melainkan untuk menunjukkan kesiapsiagaan santri dalam menjaga kiai dan pesantren, penjaga akhlak bangsa dan benteng terakhir peradaban Islam Nusantara.

BACA JUGA :  Aivandri AB Resmi Buka Inorga IESPA Forkab II kormi Tebo 2025: Game, Bermain dan Bergembira Untuk Kesehatan.

Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan; ia adalah peneguhan ruh Resolusi Jihad yang
dikobarkan para kiai pada 22 Oktober 1945. Saat itu, para kiai tidak hanya mengeluarkan fatwa,
tetapi memimpin langsung barisan jihad demi mempertahankan agama dan kemerdekaan bangsa.
Jika dahulu para santri mengangkat bambu runcing melawan penjajah fisik, maka hari ini Pagar Nusa mengangkat kesiapsiagaan moral dan spiritual untuk menghadapi penjajahan baru, penjajahan terhadap martabat kiai, terhadap pesantren, dan terhadap identitas Islam Ahlussunnah wal Jamaah di bumi Nusantara.

Oleh karenanya, saya tekankan kepada seluruh pasukan untuk:
1. Pegang teguh komando.
Gerak satu, niat satu, langkah satu. Loyalitas kepada komando adalah bukti ketaatan santri
kepada kiai dan organisasi.
2. Jaga adab dan kedisiplinan.
Kekuatan Pagar Nusa bukan pada amarah, tetapi pada ketertiban, kesopanan, dan akhlak
yang mencerminkan martabat pesantren.
3. Fokus pada pesantren dan kiai sebagai pusat keberkahan.
Seluruh gerakan dan aspirasi kita berpijak pada tanggung jawab menjaga sumber ilmu,
akhlak, dan jati diri bangsa. 4. Sampaikan aspirasi dengan cara yang beradab, tertib, dan berlandaskan hukum.
Dengan demikian, yang terbangun adalah kepercayaan umat dan simpati publik, bukan
kekhawatiran atau ketegangan.
5. Pastikan setiap gerakan Pagar Nusa membawa rasa aman dan ketenangan.

BACA JUGA :  Kapolres Tebo Pimpin Serah Terima Jabatan Kasat Reskrim dan Kasiwas Polres Tebo

Karena santri hadir bukan untuk mengancam siapa pun, tetapi untuk menjaga, melindungi,
dan menenangkan umat.Kita hanya akan berhenti ketika seluruh serangan terhadap identitas kiai dan pesantren lenyap, dan kehormatan kiai dan pesantren kembali tegak sebagaimana mestinya. Inilah garis perjuangan kita, garis yang tidak bisa ditawar dan tidak akan pernah kita mundurkan.
Hari ini kita tampil dengan kesiapan penuh. Kita buktikan siapa kita dan seberapa kuat loyalitas kita kepada kiai dan pesantren.

Pagar Nusa bukan sekadar warisan sejarah, Pagar Nusa adalah sejarah yang siap bergerak!
Loyalitas kita bukan sekadar ucapan, tetapi kesediaan menjadi benteng hidup kapan pun komando diturunkan. Instruksi lanjutan akan datang pada waktunya. Sampai saat itu tiba, kita tetap tegak dalam satu barisan, satu komando, dan satu tekad: Bela Kiai, Jaga Pesantren, Bela Negeri.
Mari para Pendekar Anggota Pagar Nusa kita tunjukkan kesiapsiagaan santri dalam menjaga kiai dan pesantren, penjaga akhlak bangsa dan benteng terakhir peradaban Islam Nusantara.tutupnya.
( Hermanto )

Media Patner :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUT Kab Tebo Ke 26 th