PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN PADA BUDIDAYA CABAI DALAM MENDUKUNG GERAKAN NASIONAL TANAM (GERTAM) CABAI DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH ABSTRAK

Artikel27 views

PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN PADA BUDIDAYA CABAI DALAM MENDUKUNG GERAKAN NASIONAL TANAM (GERTAM) CABAI DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH
ABSTRAK

Kelurahan Penyengat Rendah di Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, merupakan wilayah dengan potensi pertanian yang besar karena kondisi tanahnya yang subur dan irigasi alami dari Sungai Batang Hari. Namun, banyak lahan di wilayah ini masih belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya inovasi dalam pengelolaan pertanian. Dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Tanam (GerTam) Cabai dan meningkatkan produktivitas, tim PPK ORMAWA HIMATEKTAN memperkenalkan inovasi teknologi pertanian berupa budidaya cabai yang didukung sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT) dan pengolahan hasil cabai menjadi produk bubuk dan sambal. Teknologi IoT memungkinkan pemantauan dan kontrol otomatis terhadap kelembapan tanah, sehingga penyiraman menjadi lebih efisien dan terhindar dari pemborosan. Pengolahan cabai menjadi produk olahan bernilai tambah bertujuan memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomi cabai. Melalui pembuatan kebun percontohan dan pelatihan yang melibatkan masyarakat setempat, terutama pemuda dan Kelompok Wanita Tani (KWT), program ini diharapkan dapat mendorong adopsi teknologi modern, meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, serta memperkuat daya saing produk cabai lokal di pasar.
Kata kunci : Penyengat Rendah, Budidaya Cabai, Internet of Things (IoT), Irigasi Tetes, Produk Olahan Cabai, Inovasi Pertanian, Pemberdayaan Masyarakat. 
PENDAHULUAN
Kelurahan Penyengat Rendah berlokasi di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi yang letaknya berbatasan langsung dengan Kabupaten Muaro Jambi. Dimana bagian utara dan timur berbatasan dengan sungai Batanghari, bagian selatan berbatasan dengan desa Mendalo Darat, serta bagian barat berbatasan dengan kelurahan Teluk Kenali (Siregar dkk., 2022). . Kelurahan Penyengat Rendah merupakan daerah dataran tinggi dan rendah (bergelombang). Luas wilayah kelurahan Penyengat Rendah sebesar ±12,31 km2 yang sebagian wilayahnya merupakan hamparan pinggiran sungai dan ladang (Siregar dkk., 2022). Luas wilayah yang ada digunakan sesuai dengan peruntukannya seperti pemukiman, hutan lindung, pertanian, pemakaman/kuburan, pekarangan dan perkantoran. Jumlah penduduk yang terdata menurut data statistik kelurahan pada tahun 2020 berjumlah ±12.138 jiwa (Eka, 2001). Iklim yang terjadi dengan kategori curah hujan 25.000 mm, jumlah bulan hujan 6 bulan, kelembaban dan suhu rata-rata harian adalah 31-33°C.
Kelurahan Penyengat Rendah adalah daerah di mana lebih dari 60% penduduknya bekerja sebagai petani, terutama dalam bertani padi di sawah. Topografi wilayah ini sangat mendukung pertanian, dengan lokasi yang berdekatan dengan Sungai Batang Hari dan sebagian besar wilayah berupa rawa lebak di sekitar DAS Batang Hari. Kondisi ini menyediakan tanah yang subur dan irigasi alami yang stabil, memungkinkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Meskipun demikian, di kelurahan ini masih terdapat banyak lahan yang belum dikelola dengan baik. Seperti yang terjadi pada wilayah RT 11 dengan luas Lahan ± 1,2 Ha hanya di tumbuhi rumput liar dan menjadi tempat makan hewan ternak(Candra, 2019).
Faktor yang mempengaruhi lahan pada Kelurahan Penyengat Rendah belum terkelola dengan baik salah satunya yaitu Kurangnya inovasi masyarakat dalam pemanfaatan lahan yang tersedia. Kegiatan survei dilakukan berupa wawancara kepada bapak Lurah dan salah satu warga kelurahan Penyengat Rendah. Hasil dari wawancara tersebut disampaikan bahwa kelurahan ini membutuhkan sebuah inovasi pada sektor pertanian. Oleh sebab itu kami tim PPK ORMAWA HIMATEKTAN melakukan kegiatan penerapan inovasi teknologi pertanian pada Budidaya dan Pengolahan Cabai untuk Mendukung Gerakan Nasional Tanam (GerTam) Cabai di Kelurahan Penyengat Rendah.
Budidaya tanaman cabai memiliki sejumlah keuntungan yang signifikan, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Oleh sebab itu cabai dipilih sebagai tanmaan yang digunakan untuk inovasi pertanian di Kelurahan Penyengat rendah. Secara ekonomi, cabai merupakan komoditas pertanian dengan permintaan tinggi di pasar domestik maupun internasional, sehingga memberikan peluang besar bagi petani untuk meningkatkan pendapatan (Sunarti, 2022). Selain itu, masa panen yang relatif singkat memungkinkan petani untuk melakukan beberapa siklus tanam dalam setahun, mempercepat perputaran modal dan keuntungan (Sumarni, 2005). Dari segi lingkungan, cabai dapat ditanam di berbagai jenis lahan dan kondisi iklim, serta memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan cuaca. Budidaya cabai juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian melalui sistem tumpangsari dengan tanaman lainnya (Rahayu, 2022).
Teknologi yang digunakan dalam kegiatan ini mencakup sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT) dan pengolahan produk cabai menjadi bubuk serta aneka sambal. Sistem irigasi tetes berbasis IoT dirancang untuk mengoptimalkan penyiraman tanaman dengan cara mengontrol dan memantau kelembapan tanah secara otomatis. Melalui sensor kelembapan tanah serta sensor suhu lingkungan yang terhubung ke perangkat IoT, petani dapat mengatur jadwal penyiraman dan memastikan bahwa tanaman cabai selalu mendapat air sesuai kebutuhan tanpa pemborosan, bahkan dari jarak jauh. Di sisi lain, pengolahan produk cabai menjadi bubuk dan aneka sambal bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah cabai dan memperpanjang umur simpan produk. Cabai bubuk dihasilkan melalui proses pengeringan dan penepungan yang menghasilkan produk dengan kualitas dan daya simpan tinggi. Sementara itu, aneka sambal cabai dibuat dari bahan cabai segar yang diolah dengan bahan pelengkap lainnya, seperti bawang dan rempah, sehingga menghasilkan sambal dengan cita rasa khas yang siap dipasarkan. Kombinasi teknologi irigasi modern dan diversifikasi produk olahan ini diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi dan efisiensi bagi petani, sekaligus meningkatkan daya saing produk cabai di pasar. Oleh karena itu kegiatan PPK ORMAWA HIMATEKTAN ini bertujuan untuk memberikan sebuah inovasi pada sektor pertnian dengan pembudidayaan tanaman cabai yang dipadukan dengan teknologi IoT (Internet of Thing) dan pengolahan hasil cabai menjadi produk bubuk cabai dan aneka sambal di Kelurahan Penyengat Rendah.

METODE KEGIATAN
Metode
Tahapan kegiatan yang di lakukan pada kegiatan PPK ORMAWA HIMATEKTAN yaitu di mulai dari sosialisasi setelah itu pembuatan kebun percontohan dan dilanjutkan dengan memberikan pelatihan kepada Masyarakat Kelurahan Penyengat rendah. Sosialisasi dilakukan guna untuk memperkenalkan serangkaian program kegiatan yang akan dilakukan oleh tim PPK ORMAWA HIMATEKTAN di kelurahan Penyengat Rendah. Sosialisasi ini di lakukan oleh salah satu anggota tim dalam sebuah forum yang telah dibuat bersama semua anggota. Setelah itu pembuatan kebun percontohan budidaya tanaman cabai berbasis Iot (Internet of Ting) yang di tujukan untuk menarik minat para petani ataupun para kelompok tani untuk di terapkan di kebun atau lahan mereka. Dan kegiatan terakhir yaitu melakukan pembuatan forum pelatihan khusus untuk budidaya tanaman cabai, pelatihan tentang teknologi IoT, dan pelatihan pengolahan produk olahan berupa cabai bubuk dan aneka sambal.
Lokasi
Kegiatan PPK ORMAWA HIMATEKTAN ini dilakukan di lahan milik ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Rt 07 Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura, Kabupaten Muaro Jambi. Tempat pembuatan kebun percontohan pembudidayaan tanaman cabai berbasis Teknologi IoT (Internet of Thing) dilakukan pada lahan kosong seluas 10 x 15 m.
Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini yaitu seluruh masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura, Kabupaten Muaro Jambi. Untuk inovasi teknologi, sasaran utama ditujukan pada para pemuda yang masih mudah dalam mepelajari sesuatu hal yang baru. Selanjutnya, sasaran utaman dalam pengolahan produk cabai yaitu para ibu-ibu KWT.

HASIL DAN PEMBAHASAN
implementasi teknologi dan inovasi pada budidaya cabai merah di Kelurahan Penyengat Rendah memberikan hasil yang signifikan dalam hal efisiensi budidaya dan peningkatan nilai tambah produk cabai. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi program kepada masyarakat setempat, yang bertujuan untuk memperkenalkan inovasi teknologi pertanian, terutama penggunaan sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT) dan diversifikasi produk olahan cabai. Kegiatan sosialisasi inin dibuat dalam sebuah forum yang mengundang para ketua RT, para ketua Kelompok Wanita Tani (KWT), pemuda Kelurahan Penyengat Rendah, dan Masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah. Melalui sosialisasi ini, masyarakat diperkenalkan dengan rangkaian kegiatan dan manfaat yang dapat diperoleh melalui penerapan teknologi IoT, sehingga mereka lebih siap menerima teknologi baru yang akan diterapkan dalam kegiatan budidaya.

Kegiatan dilanjutkan dengan pembuatan kebun percontohan di lahan seluas 10 x 15 meter milik ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) di RT 07, Penyengat Rendah. Kebun ini dirancang menggunakan sistem irigasi tetes yang dikendalikan oleh teknologi IoT. Dengan adanya sensor kelembapan tanah dan sensor suhu yang terhubung ke perangkat IoT, sistem ini memungkinkan kontrol otomatis ataupun manual melalui smartphone terhadap penyiraman berdasarkan kebutuhan spesifik tanaman cabai. Sensor-sensor ini memantau kondisi kelembapan tanah dan suhu udara, sehingga irigasi hanya akan aktif ketika diperlukan. Teknologi ini mengurangi pemborosan air, meningkatkan efisiensi, dan menurunkan kebutuhan tenaga kerja untuk penyiraman, sehingga menambah efektivitas pengelolaan kebun cabai percontohan. Melalui kebun percontohan ini di harapkan para petani di Kelurahan Penyengat rendah yang melihat akan mulai tertarik dan menerapkan teknologi di lahan mereka. Serta para masyarakat yang masih belum mengolah lahan pertanian mereka mulai tertarik untuk mengerjakanya terkhusus untuk tanaman cabai.

Pelatihan budidaya tanaman cabai di Kelurahan Penyengat Rendah dilakukan dalam sebuah forum khusus yang dihadiri oleh masyarakat setempat, terutama anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dan para pemuda desa. Untuk memberikan wawasan praktis dan meningkatkan pemahaman masyarakat, forum ini menghadirkan Bapak Handoko, seorang petani cabai berpengalaman yang telah berhasil mengembangkan budidaya cabai dengan teknik dan strategi yang efektif. Bapak Handoko berbagi pengetahuan tentang pemilihan bibit unggul, teknik pemeliharaan yang optimal, serta cara menghadapi tantangan seperti serangan hama dan perubahan cuaca. Dalam sesi ini, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi dalam budidaya, sehingga pelatihan ini tidak hanya bersifat teori tetapi juga sangat aplikatif. Melalui bimbingan dari narasumber yang ahli, diharapkan peserta forum dapat mengadopsi teknik-teknik budidaya yang telah terbukti berhasil, guna meningkatkan hasil panen dan kualitas cabai yang mereka tanam.

Pelatihan untuk teknologi Internet of Things (IoT) untuk sistem irigasi tetes di buatkan dalam sebuaf forum, yang bertujuan untuk mengenalkan pembuatan kebun berbasis Internet of Thing (IoT). Pelatihan IoT ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang cara menggunakan sensor kelembapan tanah dan suhu yang terhubung ke perangkat IoT, sehingga mereka dapat mengatur kebutuhan air tanaman secara otomatis sesuai dengan kondisi lahan. Dalam sesi ini, peserta di ajak dalam merakit beberapa komponen yang nantinya di aplikasikan dalam sistem pengairan kebun dan memungkinkan pemantauan jarak jauh melalui smartphone. Sehingga mereka dapat menghemat air dan mengurangi kerja manual. Dalam pelatihan ini sasaran utama ditujukan kepada para pemuda Kelurahan Penyengat rendah.

pelatihan pengolahan produk cabai juga diberikan untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen. Peserta, terutama ibu-ibu KWT diajarkan cara membuat bubuk cabai dan aneka sambal yang memiliki masa simpan lebih lama dan menarik bagi pasar lokal. Pelatihan ini meliputi teknik pengeringan cabai, pengemasan, dan cara menjaga kualitas produk agar dapat bersaing di pasaran. Dengan pelatihan ini, diharapkan masyarakat mampu mengadopsi teknologi modern dan diversifikasi produk, sehingga produktivitas dan pendapatan mereka dari budidaya cabai meningkat.

Kesimpulan
Kelurahan Penyengat Rendah, yang terletak di Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, memiliki potensi besar dalam sektor pertanian berkat tanahnya yang subur dan ketersediaan irigasi alami dari Sungai Batang Hari. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, namun lahan di beberapa wilayah masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya pemanfaatan lahan ini adalah keterbatasan inovasi dalam pengelolaan pertanian. Oleh karena itu, program PPK ORMAWA HIMATEKTAN dilaksanakan untuk memperkenalkan inovasi teknologi pertanian, dengan fokus pada budidaya cabai dan pengolahan hasil cabai.
Program ini menggabungkan teknologi irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT) dan diversifikasi produk olahan cabai seperti bubuk cabai dan sambal. Teknologi irigasi IoT memungkinkan pengelolaan air yang lebih efisien, sedangkan pengolahan produk cabai meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan hasil panen. Melalui program ini, diharapkan masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah dapat memanfaatkan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan ekonomi, serta memperkuat daya saing produk cabai di pasar.
Saran
Agar program inovasi budidaya cabai dan pengolahan hasil pertanian di Kelurahan Penyengat Rendah dapat berjalan lebih optimal dan berkelanjutan, beberapa saran berikut dapat dipertimbangkan:
1. Peningkatan Pelatihan dan Pendampingan Untuk memastikan keberhasilan penerapan teknologi IoT dan diversifikasi produk olahan, sebaiknya pelatihan dan pendampingan dilakukan secara berkala. Dengan memberikan sesi pelatihan lanjutan, masyarakat dapat memperdalam pemahaman mereka tentang teknik budidaya cabai dan penggunaan teknologi IoT, sekaligus dapat memperoleh solusi atas kendala yang mungkin mereka temui selama penerapan di lapangan.
2. Kerja Sama dengan Instansi Pemerintah dan Swasta Untuk memperluas jangkauan program, disarankan untuk menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah daerah dan pihak swasta. Dukungan dari pihak terkait, seperti bantuan dana, subsidi alat, atau pembinaan teknis dari dinas pertanian, akan sangat membantu dalam penyebaran teknologi IoT dan peningkatan kapasitas masyarakat. Kerja sama dengan lembaga pemasaran atau koperasi juga dapat membantu memperluas pasar produk olahan cabai dan menciptakan saluran distribusi yang lebih stabil.
3. Pengembangan Keterampilan Pengolahan Produk Pengolahan hasil panen menjadi berbagai produk olahan yang inovatif, seperti saus cabai, sambal kemasan, atau bubuk cabai premium, dapat ditingkatkan dengan pelatihan khusus yang lebih mendalam. Selain itu, peningkatan keterampilan dalam hal pengemasan, sertifikasi, dan standar mutu produk juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk cabai di pasar lokal dan nasional.
4. Monitoring dan Evaluasi Berkala Disarankan untuk melakukan monitoring dan evaluasi program secara berkala guna menilai efektivitas penerapan teknologi dan pelatihan yang telah dilakukan. Evaluasi ini bisa mencakup keberhasilan dalam penggunaan sistem IoT, peningkatan produktivitas cabai, serta perkembangan penjualan produk olahan. Hasil evaluasi ini akan berguna untuk memperbaiki metode pelaksanaan program di masa depan.
5. Peningkatan Kesadaran Lingkungan Selain fokus pada aspek ekonomi, disarankan juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Pengelolaan limbah pertanian, penggunaan pupuk organik, dan praktik pertanian yang berkelanjutan dapat didorong untuk menjaga kelestarian lahan dan kualitas air, terutama di sekitar aliran Sungai Batang Hari.

Media Patner :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUT Kabupaten Bungo Ke - 59

HUT Kabupaten Tebo Ke - 25